Usah Ditunda
Ketika duka menerpa, badai
hidup menghantam, pasti ada hikmah. Ada
tujuan atas setiap yang berlaku. Ada yang ‘tak beres’ dengan laluan, jadialah
sedikit gelombang supaya bersedia menghadapi gelombang yang jauh lebih hebat.
Insya Allah. Susah itu pembinaan, sabar itu indah. Dia Yangg Maha Tahu, Maha
pengasih, Maha Adil...
Banyak ujian yang singgah,
tafakur dab nuhasabah diri. Terlalu banya debu-debu dosa yang melingkar taman
hati, terlalu banyak madzmumah yang bersarang di relung jiwa.
Moga Allah senantiasa
curahkan rahmatnya pada kita semua agar tidak mendhalimi diri di depan Nya,
tidak menghinakan drir di Mahsyar kelak.
Sebagai manusia, kesilafan dan kesalahan sering
tak dapat diselesaikkan. Dalam hasrat hendak membetulkan sesuatu kesilapan yang
telah berlaku, tiba-tiba melakukan pula kesilapan lain. Dalam beraszam tidak
mau lagi mengulangi kesalahan, namun tak disengaja sepuluh lagi kesalahan baru
menjelma.
Apabila hamba yang berlumuran darah terpanggil
memohon kemaafan kepada Allah, maka ketahuilah bahwa Dia amat menyayangi kita.
Itulah sunnatullah dalam kehidupan ini dan tiada yang aneh tentangnya. Arrohman
Arrohim Alghofur.
Yang buruk ialah yang berbuat dosa tetapi tidak
mau bertaubat dari dosa itu serta merasa tidak pernah berdosa. Manakala,
sebaik-baik insan yang singgah di dunia kekafanaan ini, adalah mereka yang tau
memohona kemanfaan, keudzuran dan perlepasan dari Nya. Seeloknya, permohonan
kemanfaatan dari Allah itu, hendaklah dilakukan segera setiap kali terjebak
dalah kancah dosa.
Usah tunggu dosa mulai menimbun, mata mulai rabun.
Baru mohon ampun. Sebaliknya segara memohon ampun, sebelum segala dosa itu akan
dipertontonkan di perhitungkan akhir. Begitulah Allah dan Rasul ajarkan.
Segala permohonan ‘kelonggaran’, kemaafan dan
keduzuran kepada Allah hendaklah di dunia ini, semasa fikiran masih waras,
semasa ingatan masih kuat, semasa tubuh masih gagah. Selagi punya masa untuk
bertaubat.
Amat dibimbing andai terlepas pandang dalam saat
kepentingan ini. Sadar-sadar malaikat mau sudah terpancak di depan mata. Sadar-sadar
nyawa sudah sampai di ghargharah (tenggorok). Sadar-sadar, tabir pembalasan
mulai disingkap. Sadar-sadar sepasang telinga tidak dapat mendengar lagi hiruk
pikuk duniawi. Diri sudah terluka layu seorang di kegelapan Barzakh.
Beruntung bila keuzuran serta permohonan kemaafan
sudah acapkali dilampirkan. Semasa nyawa masih dikandung badan dan Allah SWT
amat berbelas kasihan dengan pengaduan serta keuzuran.
Dalam jumlah yang tidak sedikit, ada manusia yang
alpa, lalai dengan tipu daya duniawi. Tersentak untuk merayu saat pintu
kemanfaatan tidak terbuka lagi. Saat segala keuzuran sudah tidak diperdulikan
sama sekli. Seburuk-buruk permohonan ampun yang melang bentuk ‘kesudahan’ dan
pengkhianatanya’.
Sewaktu byangkan maut menjelma, baru hendak
sholat, mengaji, bersedekah, bersilaturahmi, memohonan ampun, berbuat baik,
berzikir, dan sebagainya. Tidak cukupkah usai 40 tahun 50 tahun 60 tahun?
Hendaklah tambah masa lagi barang sebentar? Usah Berangan...!
“Dan belajakanlah sebahagian dari apa yang kami
berikan kepadamu sebelum datang kemtian kepada salah seorang daripada kamu
berkata; “Ya Tuhan ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian ku) sampai
waktu yang dekat, yang membolehkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk
dikalangan orang-orang yang shalih.’Dan allah sekali-seklai tidak akan
menanggungkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah
Maha Mengetahui, apa yang kamu kerjakan.” [Al-Munafiqun : 10:11]
Ya Allah...! Kurniakan kepada kami taubat
sebelumnya kematian. Peluang beramal sebelum berangkat pulang, jangan jadikan
kami orang-orang yang rugi.
Ya Allah, jangan lah Engkau palingkan hati kami
setelah Engkau berikan hidayah...Amin.