A. Hakikat
Hati
Allah ﷻ berfirman,
“dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya”(Q.S Al-Israa’: 36)
Fungsi Hati bagi
seluruh organ tubuh manusia adalah seperti raja yang mengomando seluruh bala
tentaranya. Semua gerak yang terjadi selalu berpusat pada perintah hati. Hati
juga akanmenggunakan seluruh organ tubuh manusia menurut apa yang dikehendaki.
Seluruh bagian tubuh itu akan tunduk di bawah perintah dan kekuasaannya.
Ketaatan ataupun kemaksiata juga diakibatkan oleh keinginan hati. Dan kuatnya
niat maupun pudarnya niat juga diakibatkan oleh keinginan hati. Rasulullah ﷺ bersabda,
اَلاَوَإِنَّفِي
الْجَسَدِمُضْغَةًإَذَاصَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُكُلُّهُ وَإِذَافَسَدَتْ
فَسَدَالْجَسَدُكُلَهُ أَلاَوَهِيَ الْقَلْبُ
“Ingatlah, sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging. Jika
dia baik maka seluruh jasad akan baik. Namun apabila dia rusak maka seluruh
jasad juga akan rusak. Ingatlah segumpal daging itu adalah hati” (Hadits
Riwayat Bukhari dan Muslim)
A. Klasifikasi
Hati
Bahwasanya hati itu
memiliki sifat hidup dan mati maka ia terbagi menjadi tiga macam atau tiga
keadaan, Pertama hati yang sehat, Kedua hati yang mati dan Terakhir hati
yang sakit.
a. Hati
Yang Sehat (Qalbun
Salim)
Qalbun
Salim yaitu,
bahwasanya pada hari kiamat nanti tidak ada orang yang selamat kecuali orang
yang datang kepada Allah ﷻ
dengan hati
yang bening, bersih, sebagaimana firman Allah ﷻ
,
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (Q.S
Asy-Syu’araa’:88-89)
Qalbun arinya Hati/Jantung
sedangkan Salim artinya sehat. Disebut Qalbun Salim (Hati yang bersih,
sehat) karena sifat bersih dan sehat telah menyatu dengan hatinya, sebagaimana Al-Alim,
Al-Qadir (Yang Maha Mengetahui, Maha Kuasa). Ia merupakan lawan dari sakit
dan aib (Maridh, Saqim dan ‘alil).
Maka
hakikat hati yang sehat (Qalbun Salim) yaitu hati yang bersih dari
syahwat yang dilarang dan di murkai Allahﷻ
serta selamat dari
setiap subhat yang bertentangan dengan hal yang baik. Maka hati yang sehat
adalah hati yang terbebas dari peribadatan kepada selain Allahﷻ dan terhindar dari berhukum kepada sesuatu yang bukan
dari ajaran Rasulullahﷺ. Dengan
demikian, segala bentuk penghambaan Tulus dan suci hanya ditunjukan kepada
Allah ﷻ rasa takut/khasyyah, rasa berharap/raja’ dan
tawakal hanya pada Allahﷻ . Maka,
apabila ia membenci sesuatu maka rasa bencinya tersebut juga berada dijalan
Allah ﷻ dan apabila ia memberi ia memberi karena Allah, apabila ia
menahan/menolak juga karena Allah ﷻ
. Maka inilah hakikat penghambaan (ubudiyah).
Dan hal tersebut diatas belum cukup sampai dia benar-benar
selamat dari ketundukan serta berhukum selain Rasulullah ﷺ. Ia
harus mengikat hatinya kuat-kuat dengan Rasulullah ﷺ. Bukan menuruti perkataan/mengekor perbuatan orang selain
beliau. Maka, ia sepenuhnya mengendalikan hati agar mengikuti meneladani
Rasulullah ﷺ baik ucapan
ataupun perbuatan, baik itu ucapan hati yaitu keyakinan maupun ucapan lisan
yaitu pernyataan dari apa yang terdapat dalam hati, juga perbuatan hati yang
berupa kehendak, cinta, benci dan lainya, maupun perbuatan anggota badan. Dari
semua hal tersebut baik hal besar maupun kecil, yang paling haq menjadi
hakimnya adalah ajaran yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ. Maka ia tidak akan mendahului beliau dalam berkeyakinan,
berbicara, maupun berbuat. Sebagaimana firman Allah ﷻ,
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya[1407]
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.” (Q.S. Al-Hujuraat: 1)
[1407] Maksudnya orang-orang mukmin tidak boleh
menetapkan sesuatu hukum, sebelum ada ketetapan dari Allah dan RasulNya.
a. Hati
Yang Mati (Qalbun
Mayyit)
Qalbun
Mayyit/Hati yang mati adalah kebalikan dari Qalbun Salim. Hati yang mati adalah
hati yang tidak mengenal Tuhannya dan tidak menyembahnya sesuai dengan perintah
yang dicintai dan diridhai-Nya. Bahkan sebaliknya ia senantiasa memperturutkan
hawa nafsu, sekalipun dimurkai dan dibenci Allah ﷻ bahkan
ia tidak peduli asalkan ia mendapatkan apa yang diingikanya. Maka, dia hanya
menghamba, mencintai, takut, dan berharap kepada selain Allah ﷻ .
Maka hati yang mati, hawa nafsu lah
yang menjadi Imamnya, syahwat adalah komandanya, kebodohan adalah pengendalinya
dan kelalaian adalah kendaraanya. Ia tertipu dan bahkan memutar otaknya sekuat
mungkin supaya berhasil meraih kepentingan duniawinya. Dan ia dibuat mabuk
dengan kesenangan hawa nafsu dan cinta yang sementara. Hingga pada akhirnya
dunia yang selama ini dikejar mengutuknya di akhirat kelak nanti. Hawa nafsu
menjadikanya buta dan tuli kecuali pada hal-hal yang batil. Maka bergaul dengan
orang yang memiliki hati yang mati sangatlah berbahaya. Berbaur dengan mereka
adalah racun dan duduk bersama mereka bisa menyebabkan diri kita binasa.
b. Hati
Yang Sakit (Qalbun
Maridh)
Hati jenis yang ketiga
ini adalah hati yang mempunyai kehidupan, hanya saja terkadang hati ini masih
terserang penyakit. Ia memiliki dua materi yang saling tarik-menarik kadang
hati menjadi hidup dan kadang hati terserang penyakit, tergantung mana di
antara keduanya yang lebih dominan. Ketika ia memenangkan pertarungan itu maka
di dalamnya terdapat kecintaan kepada Allah ﷻ keimanan, keikhlasan, dan tawakal
kepada Allah ﷻ dan yang
semua itu adalah bahan baku dari kehidupan mataeri dari kehidupanya. Namun,
didalamnya juga terdapat kecintaan terhadap nafsu, mengutamakan syahwat dan
keinginan untuk meraihnya. Dan juga terdapat perasaan dengki, iri, kesombongan
dan kebanggaan kepada diri sendiri, keciantaan terhadap kekuasaan dan membaut
kerusakan, maka itu materi yang membinasakan dan membuat kehancuran dirinya.
Maka hati yang sakit diuji dengan dua penyeru; Yang satu menyeru kepada Allah ﷻdan Rasul ﷺserta
hari akhirat, sedangkan yang lain menyeru kepada kenikmatan sesaat dan nikaat
dunia. Maka tergantung mana yang lebih dominan dari kedua hal tersebut dan yang
dekat dengan dirinya.
Hati jenis pertama adalah hati yang hidup, khusyu’,
lembut dan selalu waspada. Hati jenis kedua adalah kering dan mati. Sedangkan
hati jenis ketiga adalah hati yang sakit, terkadang selamat dan terkadang juga
celaka. Allah ﷻtelah
menyebutkan ketiga hati jenis ini di dalam firman-Nya;
“52. dan Kami tidak mengutus sebelum
kamu seorang Rasulpun dan tidak (pula) seorang Nabi, melainkan apabila ia
mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap
keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan
Allah menguatkan ayat-ayat- nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana,
53. agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan
bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. dan
Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang
sangat, 54. dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al
Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka
kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang
beriman kepada jalan yang lurus.”
(Q.S Al-Hajj; 52-54)
Dalam
ayat ini, Allah ﷻmembagi hati
menjadi tiga; dua diantaranya tertimpa fitnah/bencana dan hanya yang satu yang
selamat. Dua hati yang terkena fitnah adalah hati yang didalamnya ada penyakit
dan hati yang keras (mati), sedangkan yang selamat adalah hati orang Mukmin
yang tenang, tunduk patuh kepada Allah ﷻ.
Yang demikian ialah karena hati dan anggota tubuh lainya diharapkan agar
selamat dan tidak ada penyakit di dalamnya, dan melaksanakan tujuan
penciptaanya.
Ada dua
faktor yang menjadi sebab hati tidak sehat. Faktor Pertama adalah
karena hati tersebut kering, keras dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ia
seperti tangan yang buntung, lidah yang bisu, hidung yang bindeng, dzakar yang
impoten dan mata yang buta. Faktor kedua adalah fitnah yang menimpanya,
sehingga menghalanginya untuk berfungsi secara sempurna dan benar. Oleh sebab
itu hati ini terbagi tiga macam; Pertama, Hati yang sehat adalah hati
yang selalu menerima, mencintai dan mendahulukan kebenaran. Hanya memerlukan
sarana kebenaran mengenainya. Serta daya tangkap dan kepatuhanya kepada
kebenaran baik dan sempurna. Kedua, Hati yang mati adalah hati yang
tidak menerima dan tidak patuh kepada kebenaran. Sedangkan yang Ketiga,
Hati yang sakit adalah hati yang apabila penyakitnya lebih dominan maka
keadaanya hampir sama dengan hati yang mati nan keras, tetapi apabila
kesehatanya yang lebih dominan maka keadaanya hampir sama dengan hati yang
sehat.
A. Indikasi Hati Yang Sakit
Terkadang hati seorang hamba dapat
terserang penyakit. Terkadang kondisi penyakitnya sudah sangat parah, namun
sayangnya sang pemilik tidak menyadari penyakit tersebut. yang lebih
disayangkan lagi, jika hati itu telah mati, akan tetapi pemiliknya juga tidak
mengetahuinya. Berikut tanda-tanda hati yang sakit dan mati;
1.
Pemiliknya tidak merasa sakit setelah mengerjakan
perbuatan maksiat, tidak merasa tersiksa dengan kebodohannya terhadap kebenaran
dan keyakinannya yang salah. Jika hati hidup, maka dia akan merasa sakit ketika
tertimpa sesuau yang buruk dan merasa sakit dengan kebodohannya terhadap kebenaran.
2.
Sang pemilik terkadang bisa merasakan bahwa hatinya
memang sedang sakit dan pahitnya obat membuatnya merasa enggan untuk berobat.
Maka si pemilik lebih memilih penyakit itu bersarang dalam hatinya daripada
merasakan berat dan pahit ketika berobat yang pada hakekatnya bisa
menghantarkan dia pada kesembuhan.
3.
Meninggalkan hal-hal yang bermanfaat dan lebih memilih
sesuatu yang membahayakan, beralih dari obat yang berguna dan lebih memilih
penyakit yang malah menyiksanya.
Maka, hati yang sehat senantiasa akan memprioritaskan
kesembuhan yang bermanfaat ketimbang penyakit yang membahayakan. Sedangkan hati
yang sakit akan lebih memilih hal sebaliknya. Nutrisi untuk hati yang paling
bermanfaat adalah keimanan, sedangkan obat yang paling manjur untuk penyakit hati
adalah Al-Qur’an.
Tidakkah Nasihat itu Bermanfaat Untukmu.
Wahai Saudaraku, Demi Allah ﷻ, jangan sampai nasehat tidak lagi bermanfaat untukmu. Cukuplah
berbagai kejadian menyadarkanmu. Dan sesungguhnya perputaran terus berlalu. Dan
suara kematian terus memanggilmu. Jangan sampai seolah-oleh kamu, hidup dalam
kekekalan tanpa ada kematian. Dan seakan-akan kamu tidak akan dilupakan, hanyut
dalam kesirnaan. Demi Allah ﷻ, telah
beruntung orang yang takut dosa, telah selamat dari neraka orang yang bertakwa.
Sedangkan kamu masih bergumul dalam kesalahan dan dosa.
(Dikutip dari Kitab ئِدالشَيْطَان إغَاشَتُاللَّهْفَانْ مِنْ مَصَا Karya al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah رَحِمَّهُ اللَهُ)