Friday, May 22, 2015

FILSAFAT (Pengaruh Teknologi Tehadap Keberadaan Filsafat)



BAGAIMANA BERFIKIR FILSAFAT

Berfikir filsafat dmulai dan ketidaktahuan, ketidakmengertian, keraguan, kebingungan, atau hal lain, yang menyebabkan orang tergugah untuk bertanya tentang keberadaan sesuatu, atau tentang suatu kejadian, atau bertanya tentang apa yang sebenar-benarnya benar dalam hidup atau dalam keberadaan dunia ini. Misalnya orang tertarik memikirkan apa yang dilihatnya tentang sebutan manusia sendiri. Ada orang yang mergukan tentang sebutan manusia untuk makhluk yang diri orang itu sendiri termasuk. Kalau dilihat dari apa yang tampak dapat dikatakan bahwa antara manusia yang satu dan yang lain tidak ada yang sama. Mengapa semuanya disebut manusia. Jawabanya tentu saja tidak dapat ditunjukan secara kasatmata, tetapi harus dicari dibalik yang kasatmata ini. Misalnya ada yang menjawab bahwa yang menyebabkan kita disebut manusia karena manusia dapat berfikir, kemampuan yang tidak dipunyai makhluk hidup yang lai. Namun jawaban yang diperoleh tidak terlalu seperti itu, mungkin ada jawaban yang lain, misalnya disebut mausia karena kepemilikan moral, atau makhluk yang paling pandai, paling terampil, dan masih banyak lagi jawaban yang dapat diberikan.

Persoalan lain yang dipikirkan manusia misalnya tentang asal mula sesuatu. Orang mungkin bertanya, misalnya dari mana manusia itu berasal. Kalau dijawab dari orang tuanya, lalu orang tua dari mana? Dari kakek-nenek. Kakek-nenek dari mana dan seterusnya. Orang tersebut mungkin belum puas kalau belum menemukan jawaban yang terakhir. Demikian juga kalau dijwab dari ajaran agama semua manusia berasal dari mana? Kalau dijawab dari Tuhan, Tuhan dari mana  dan seterusnya sampai tidak dapat ditanyakan lagi.

Contoh ain tentang apa yang mendorong manusia belajar, bekerja dan melakukan berbagai kegiatan yang lain. Penjelasan para psikolog secara umum adalah manusia berbuat karena adanya kemauan dan kemauan itu timbul karena ada kebutuhan. Kebutuhan muncul karena adanya dorongan (Drive) dan dorongan timbul karena nafsu. Sedangkan nafsu ada pada manusia karena keturunan melalui proses genetika. Sigmund Freud, tokoh yang mendapat predikat psikolog, psikiater, sosiolog dan juga filosof berpendapat bahwa “segala perbuatan manusia itu pada hakikatnya adalah upaya memenuhi kebutuhan, dorongan, dan nafsu seksual.”

Pandangan Freud tentang hakikat perbuatan manusia hanya salah satu pendapat, dan masih banyak pendapat lain yang berbeda. Namun semuanya menginginkan sesuatu yang hakiki, sehingga kalau ada permasalahan akan mudah dipecahkan apabila sudah ditemukan hakikat dari pokok masalah yang dihadapi.

Pengaruh Teknologi Tehadap Keberadaan Filsafat

Sekarang ini, kehidupan manusia tidak bisa lepas dari perkembangan dan hasil teknologi. Teknologi dapat diartikan sebagai penerapan ilmu, seperti teknologi biologi antara lain untuk bidang kedokteran, farmasi, pertanian, dan sebagainya. Namun di sini, teknologi diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan denagan temuan-temuan yang berupa peralatan yang membantu manusia utnuk memperlancar dan meningkatkan mutu hidupnya, misalnya alat-alat elektronik yang dipakai dalam rumah tangga, bermacam-macam alat transportasi, alat pembantu pendidikan, komputer, alat komunikasi, dan sebagainya. Temuan dan perkembangan produk-produk teknologi merupakan hasil penerapan berbagai ilmu yang berkembang sebelumnya. Namun kalau sudah sampai pada permanfaatanya akan bertemu dengan permasalahan filosofis. Misalnya dengan kecanggihan teknologi dimungkinkan apa yang dulu banyak dikerjakan oleh manusia telah diambil alih oleh berbagai alat yang memang akan lebih efektif dan efisien. Akibatnya kalau dulu dan untuk banyak urusan manusia harus berkomunikasi dengan manusia lain, sekarang cukup berhubungan dengan benda-benda mati berupa alat.

Hal seperti ini menimbulkan pertanyaan masih berdayakah filsafat memengaruhi pemanfaatan hasil teknologi? Misalnya menyangkut penting tidaknya manusia bertemu manusia lain untuk mempertahankan dan mengebangkan kemanusiaanya. Artinya ada yang mengkhawatirkan kemanusiaan manusia akan berkurang atau hilang akibat tidak bertemunya manusia yang satu dengan manusia lain, terutama dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Atau mungkin dijawab sudah tidak perlu unsur kemanusiaan dalam kehidupan manusia?

Kasus di berbagai negara yang maju teknologinya adalah banyaknya orang yang bosan denga teknologi dan memilih hidup yang dianggap lebih natural. Mereka menjadi “gelandangan” yang bukan akibat kemiskinan harta, tetapi akibat kemiskinan nilai kemanusiaan dan inilah yang suatu waktu disebut kelompok hippie. Masih perlukah manusia bertemu dengan manusia lain dengan hiasan senyum, keramahan, sopan santun, sikap saling menghormati, dan sebaginya. Ataukah yang penting semua urusan selesai dengan cepat, praktis dan hasilnya memuaskan? Dua pertanyaan terakhir ini tidak dapat dijwab dengan krieria ilmiah dan teknologi. Jawabanya bergantung pada sudut pandang yang dipakai untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dan ini adalah persoalan filsafat. Pandangan filosofis manusia dapat berubah karena perkembangan teknologi.

Dengan perkembangan teknologi, mungkin saja orang yang semula mengikuti paham idealistis berubah menjadi berpandangan pragmatis. Perubahan bisa terjadi pada seseirang atau mungkin pada waktu pergantian generasi. Orang yang semula mempertahankan kesucian sebelum menikah mungkin saja akan berubah pendapatanya bahwa yang penting tidak akan ketahuan aibnya oleh orang lain. Dan orang itu lalu menggunakan hasil teknologi yang berupa alat kontrasepsi.

No comments:

Post a Comment

MERASA AMAN DARI SIKSA ALLAH سبحانه و تعالى DAN MEREMEHKAN DOSA

MERASA AMAN DARI SIKSA ALLAH سبحانه و تعالى DAN MEREMEHKAN DOSA Setiap dosa yang dilakukan oleh setiap hamba baik itu dosa kecil maup...